Meet New Books
Book Cover

Cursed Bunny

Save:
Find on Amazon

Cursed Bunny by Bora Chung is a genre-defying collection of short stories that blur the lines between magical realism, horror, and science fiction. The stories delve into the very real horrors and cruelties of patriarchy and capitalism in modern society, using elements of the fantastic and surreal to address themes such as loneliness, exploitation, and societal norms. Chung's writing style combines horror, magic realism, supernatural elements, and folklore with contemporary storytelling, creating a unique and unsettling reading experience that explores heavy social commentary on patriarchy, greed, and generational trauma.

The stories in Cursed Bunny are a mix of horror, sci-fi, fantasy, and magical realism, offering a chilling and thought-provoking exploration of societal issues through bizarre and sometimes grotesque narratives. The collection features characters fighting against oppression and seeking acceptance, with each story resonating on different levels and showcasing Chung's ability to play with various genres while maintaining a cohesive theme of revenge and societal critique.

Characters:

The characters are varied and complex, often embodying themes of repression and societal challenges, particularly focusing on female experiences.

Writing/Prose:

The writing style is utilitarian and straightforward, which may detract from the potential horror, but maintains effectiveness in conveying the stories.

Plot/Storyline:

The plot features bizarre and surreal storytelling that combines horror and speculative fiction, offering messages that reflect societal issues.

Setting:

The setting is contemporary South Korea, reflecting and amplifying the modern societal issues addressed in the stories.

Pacing:

The pacing can be uneven, with some stories being more engaging and impactful than others.
It was probably more accurate to refer to it as “a thing that vaguely looked like a head” than an actual head. It was about two-thirds the size of an adult’s head and resembled a lump of carelessly sl...

Notes:

Cursed Bunny is a collection of short stories by Korean author Bora Chung, translated into English in 2021.
The stories blend genres like horror, speculative fiction, and magical realism.
Chung's tales often contain bizarre and grotesque elements, reflecting societal issues.
The collection was shortlisted for the International Booker Prize.
Common themes include female identity, reproductive rights, and critiques of capitalism and patriarchy.
The writing has drawn comparisons to Kafka and Junji Ito.
One story features a living head made from human waste, showcasing the surreal and unsettling nature of the collection.
The stories often explore modern issues within the context of South Korea's contemporary society.
Chung has a PhD in Slavic Literature, demonstrating her literary background.
Critics note that while some stories may feel flat, the imaginative premises remain intriguing.

Sensitive Topics/Content Warnings

Content warnings include strong themes of body horror, child abuse, animal violence, mental health issues, and general grotesqueries.

From The Publisher:

SHORTLISTED FOR THE INTERNATIONAL BOOKER PRIZE AND WINNER OF A PEN/HEIM GRANT

A stunning, wildly original debut from a rising star of Korean literature-surreal, chilling fables that take on the patriarchy, capitalism, and the reign of big tech with absurdist humor and a (sometimes literal) bite.

From an author never before published in the US, Cursed Bunny will shock and surprise readers with each new tale. Translated by the acclaimed Anton Hur, Bora Chung's stories are unique and imaginative, by turns thought-provoking and stomach-turning, where monsters take the shapes of furry woodland creatures and danger lurks in unexpected corners of apartment buildings. But in this unforgettable collection, Chung's absurd, haunting universe could be our own, illuminating the ills of contemporary society.

Ratings (20)

Incredible (2)
Loved It (8)
Liked It (5)
It Was OK (3)
Did Not Like (2)

Reader Stats (68):

Read It (20)
Want To Read (44)
Not Interested (4)

3 comment(s)

Loved It
3 months

This collection of horror stories is quite unique and weird in the Hest way. I got really weirded out by sine stories and it made but uncomfortable thinking about having a head appear in the toilet (one of the horror tropes that has always creeped me out, things coming out of the toilet). Overall it was a great collection and I enjoyed most of them.

 
Loved It
9 months

Hmm ... enggak tau apakah pilihan menjadikan buku ini sebagai selingan dari buku lain adalah pilihan yang benar atau enggak. Tapi, yang jelas, waktu aku pertama baca buku ini dan melanjutkan baca ke cerita kedua dari buku ini, kok, ya, enggak bisa berhenti baca?

Sejujurnya aku sedikit kaget karena di cerita pertama rasanya udah bikin

mental karena membahas kotoran. Untuk awal-awal baca, aku sendiri butuh waktu buat mencerna ceritanya, tapi semakin lama, semakin tenggelam sama cerita yang ditulis sama [a:Bora Chung|21076668|Bora Chung|https://images.gr-assets.com/authors/1649812584p2/21076668.jpg]-

nim. Kayak ada aja yang bikin merinding, terutama bagian terakhir dari tiap-tiap ceritanya.

Kebetulan aku sendiri baca buku ini dengan seseorang, ceritanya

bookdate. Sampai beberapa kali kita kaya,

"Hah? Ini apa? Ini gini bukan, sih? Atau gini? Ya Tuhan tolong ini kok gini banget," dan sebagainya.

But, both of us quite enjoyed reading this book, walaupun kalau kata dia

agak cari penyakit karena kita baru banget selesai baca [b:Di Tanah Lada|57602404|Di Tanah Lada|Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie|https://i.gr-assets.com/images/S/compressed.photo.goodreads.com/books/1617321795l/57602404._SX50_.jpg|47255491].

1. Si Kepala

Jujur, cerita pertama agak absurd karena tiba-tiba langsung disuguhkan membahas kotoran. Apalagi kotorannya ini terus-terusan memanggil si protagonis sebagai ibu, yang mana bikin aku awalnya berpikir bahwa dia ini adalah anak yang digugurin oleh si protagonis. Tapi, kok, anehnya kenapa kotoran? Dan, ada beberapa yang bikin aja jijik adalah ketika si kotoran ini katanya

akan tampak sesuai dengan kondisi badan si protagonis. Jadi, kalau di protagonisnya sedang menstruasi, ya, si kotoran juga ikut jadi warna merah. Jijik? Banget.

2. Menstruasi

Yang ini sama, gak kalah absurd dari cerita kedua. Gimana bisa seseorang, yang belum menikah dan digambarkan belum pernah melakukan senggama tapi bisa hamil karena meminum obat kontrasepsi gak sesuai anjuran dokter? ANEH. ANEH BANGET. Tapi, agak lucu ketika si dokter menor yang seolah menghardik si protagonis untuk cepat-cepat cari ayah buat si bayi dalam kandungan. Belum lagi respon keluarganya yang ... gak kalah aneh. Bisa-bisanya si keluarga memasang foto dan nomor telepon si protagonis di iklan koran untuk cari ayah buat si bayi. Dan di

endingnya memang ada seorang laki-laki yang bisa dibilang mau buat jadi ayah, tapi seperti telat? Seolah kita diajak buat berpikir bahwa, mau bagaimanapun, mau dia mengambil keputusan akan merawat anaknya seorang diri tanpa ayah ataupun pada akhirnya dia menemukan pria yang mau jadi ayah dari si anak, tetap saja yang namanya kehamilan di luar nikah akan dipandang sebelah mata.

3. Kelinci Terkutuk

Sesuai dengan judul bukunya, cerita ini berhubungan dengan kutukan dan kelinci. Di mana ada satu keluarga yang memang dikenal sebagai pembuat azimat, atau mungkin kalau kata kita

jimat yang terkutuk berbentuk lampu kelinci. Awalnya kayak diceritakan bahwa si kakek dari protagonis ini menceritakan masa lalunya, masa di mana dia memiliki seorang teman yang sukses tapi harus jatuh pasca masa perang karena sebuah fitnah. Sehingga si kakek ini membuat azimat terkutuk yang bisa dibilang ditujukan untuk balas dendam si teman. Dan, menurutku cerita ini yang paling bikin bulu kuduk berdiri. Di sini digambarkan bahwa pada akhirnya, si kakek terjebak diantara dua dunia karena pembalasan dendamnya untuk si kawan.

4. Jari-Jari yang Dingin

Jujur, aku awalnya enggak paham sama cerita yang ini. Tapi setelah saling teriak, dan menjadi tukang keong bersama pacar

(hehe), akhirnya aku mendapat pencerahan. Agak miris karena di sini kita kayak dikasih gambaran sebuah penyesalan atas kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh seorang perempuan. Di mana si perempuan atau si protagonis ini,

kalau kata pacarku, adalah si pendosa yang sudah membuat Ibu Guru Choi meninggal dan menjadi orang ketiga diantara Ibu Guru Choi dan suaminya.

5. Perangkap

Kalau yang ini, aku dibuat beberapa kali narik napas panjaaaaaaaaaaaaaaaang banget. Karena di sini si pemudanya tuh sadis banget. Digambarkan dia melakukan penyiksaan yang menurut aku kejam. Apalagi pas dia sudah menikah dan punya anak, dia rela mengorbankan anak-anaknya buat tetap bisa hidup senang dan kaya raya. Kalau aku bacanya, seperti ada sedikit sentuhan legenda Korea karena mengungkit soal rubah, tapi versi

pesugihan.

6. Selamat Tinggal, Cintaku

Di cerita ini kita kayak dibawa ke masa depan karena berlatarkan dunia futurstik?

Correct me if I'm wrong. Yang mana manusia sudah hidup berdampingan sama

artificial intelligence. Tapi, di sini juga digambarkan bagaimana sifat konsumtifnya manusia setiap kali ada produk yang 'baru'. Mereka akan membeli produk baru itu dan meninggalkan produk yang 'lama', dan di sini tanpa sepengetahuan si protagonis,

android pertamanya merasa kesepian dan pada akhirnya memilih untuk menghabisi nyawa si protagonis. Miris, ya?

7. Bekas Luka

Di sini diceritakan seorang laki-laki yang sedari kecil sudah hidup dengan Sesuatu di sebuah gua. Di mana si protagonis ini hidup dengan tujuan agar tidak mati meskipun seluruh tubuhnya penuh luka. Sampai akhirnya dia bisa kabur dari si Sesuatu dan bertemu dengan manusia lain. Sayangnya, kehidupan dia setelah kabur enggak semulus yang dibayangkan. Dia seperti dipaksa untuk bertarung seperti seorang budak. Pada akhirnya dia kayak memutuskan untuk balas dendam, bukan kepada manusia, tapi kepada si Sesuatu karena menurut dia, sumber masalahnya ada di si Sesuatu. Sayangnya, lagi-lagi apa yang dia lakukan hasilnya gak sesuai dengan yang dia bayangkan. Di cerita ini bener-bener digambarkan seramnya manusia, dan digambarkan bagaimana kita enggak akan pernah merasa puas walaupun sudah membalaskan dendam kita, dan hanya kehampaan yang ada. Ceritanya cukup panjang dibandingkan cerita yang lain, tapi menurutku masih cukup bisa dinikmati meskipun tiap baca dibuat menghela napas panjang karena,

manusia memang semenyeramkan itu.

8. Rumahku Istanaku

Cerita lain yang berhasil membuat bulu kuduk berdiri. Awal mulanya bercerita tentang seorang perempuan yang berhasil membeli sebuah gedung dari hasil jerih payahnya pasca membayar hutang puluhan juta

won. Si protagonis ini akhirnya pindah ke gedung tersebut sama suaminya. Awalnya waktu baca cerita ini kayak dibuat mikir ujungnya akan di bawa ke mana, dan ternyata cukup banyak

plot twist di satu cerita ini aja. Terutama bagian dia bertemu dengan si anak kecil yang memanggilnya Ibu, dan berakhir pada kematian orang-orang yang pernah membuat dia sedih, termasuk suaminya, dengan kondisi yang sedikit nggak masuk di akal, kemudian,

"Sang perempuan berbisik kepada si kecil sambil mencium dahi pucat anak tersebut." Aku suka banget sama

plot twistnya.

9. Penguasa Angin dan Pasir

Waktu baca cerita ini, serasa baca cerita dongeng fantasi. Tapi kemudian dipelintir dengan kengerian yang berpusat pada

sifat manusia. Berawal dari seorang Raja yang dikutuk oleh Nahkoda kapal, membuat anaknya tidak bisa melihat sama sekali. Sehingga si Raja memutuskan mencari seorang putri dari Negeri Padang Rumput untuk menjadi istri dari sang Pangeran. Ya, si Putrinya,

sih, jatuh cinta sama si Pangeran dan rela berbuat apapun supaya si Pangeran bisa melihat lagi. Tapi, seperti sampah, setelah bisa melihat, si Putri malah dibuang gitu aja sama si Pangeran. Cerita ini seolah menggambarkan sebuah

sejarah menurut sudut pandang

si pemenang perang, nyatanya ada sedemikian rahasia yang mungkin enggak sesuai?

10. Reuni

Cerita terakhir dari buku ini. Menceritakan dua sepasang perempuan dan laki-laki yang nggak sengaja bertemu karena sebuah kebetulan yang unik, sama-sama melihat hantu. Di mana si perempuan dan laki-laki ini semakin lama, semakin dekat dan melakukan hubungan intim melalui seni mengikat. Ada satu bagian yang agak bikin tercekat, ketika si laki-laki bilang, "Aku merasa seperti diberi izin untuk tetap hidup," selama terikat. Sedikit absurd buatku. Apalagi ketika diakhir, si lelaki justru mengakhiri hidup dengan ikatannya itu.

Dari sekian cerita,

Kelinci Terkutuk,

Selamat Tinggal, Cintaku, dan

Rumahku Istanaku menjadi cerita yang berkesan buat aku. Karena di buku ini Bora-

nim enggak cuma menggambarkan kengerian melalui hal-hal yang berhubungan dengan hantu, tapi juga yang berhubungan dengan manusia yang masih hidup seperti sifat-sifat manusia yang serakah dengan dunia, tapi dikemas sedemikian rupa sampai menarik untuk dibaca tiap bagiannya, walaupun aku yang siput ini perlu waktu sedikit lebih lama dan lebih banyak mengeluh karena benar-benar rasanya seperti dibuat

gila.

 
Loved It
1 year

Very interesting stories that are very different from each other yet all captivating and unpredictably disturbing

 
 
Meet New Books is a participant in the Amazon Services LLC Associates Program, an affiliate advertising program designed to provide a way for sites to earn advertising fees by advertising and linking to products and services on amazon.com and its subsidiaries.
When you click the Amazon link and make a purchase, we may receive a small commision, at no cost to you.